Penggunaan karang sebagai bahan material pembangunan rumah merupakan tradisi turun temurun di Kepulauan Banyak. Kondisi ini membuat pemerhati lingkungan khawatir, karena selain merusak ekosistem juga memicu tenggelamnya pulau-pulau kecil di kawasan itu.
“Pulau Banyak merupakan kawasan rawa dan tidak memiliki bahan material yang lain,” kata Ardi Nur, aktivis lingkungan dari Yayasan Pulau Banyak, di Banda Aceh, Selasa 28 September 2010.
Menurutnya kerusakan karang di Kepulauan Banyak telah mencapai 60 persen. Pasca tsunami, kawasan pulau tersebut juga mengalami penurunan permukaan tanah 1-2 meter dari permukaan laut. “Pemukiman penduduk menjadi langganan banjir pada saat pasang laut, dan itu juga karena banyaknya karang yang rusak sehingga tidak ada lagi penahan ombak,” kata dia.
Ardi mengatakan, setiap hari warga menggali karang untuk keperluaan material bangunan karena harganya jauh lebih murah dari pada harus mendatangkannya dari daratan Aceh. Kata dia, jenis karang yang diambil umumnya merupakan tipe karang pelindung dari ombak, agar daratan tidak mengalami abrasi.
“Ini sangat mengkhawatirkan. Kita sudah berupaya untuk memberitahukan kepada masyarakat, tapi masyarakat tidak punya alternatif lain selain menambang karang,” ujarnya.
Dia berharap pemerintah Aceh Singkil dan Pemerintah Aceh turun tangan mencegah bertambahnya kerusakan karang di kepulauan berpenduduk 7.000 jiwa itu. Minimal memberikan subidi untuk mendatangkan material bangunan dari wilayah lain.
Ardi mengaku sudah menyampaikan kondisi Pulau Banyak kepada pemerintah Aceh Singkil, namun hingga kini belum ada tanggapan. "Kita khawatir kalau ini terus dibiarkan maka pulau Banyak akan tenggelam,” katanya.
• VIVAnews
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 02.28
0 komentar:
Posting Komentar