Demikian yang diungkapkan sejumlah ekonom Standard Chartered Bank dalam pernyataan resmi yang dikirimkan kepada VIVAnews di Jakarta, Rabu malam, 29 September 2010. Pernyataan ini juga dia sampaikan kepada para klien dan sejumlah investor asing yang tengah berkunjung ke Indonesia.
Fauzi Ichsan, ekonom senior Standard Chartered Bank memperkirakan laju pertumbuhan PDB Indonesia akan mencapai 6,2 persen pada akhir tahun ini, 6,5 persen pada 2011 dan 7 persen pada 2012.
“Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi domestik yang kuat, tingkat bunga global yang rendah dan tingginya harga komoditas," kata dia.
Namun, dia menekankan perlu percepatan pembangunan infrastruktur untuk mendorong investasi bidang ekonomi riil serta pertumbuhan GDP di atas 7 persen. "Bank Indonesia juga harus siap untuk menaikkan suku bunga demi mengendalikan inflasi yang telah diperkirakan."
Fauzi dan beberapa ekonom lainnya memperkirakan apresiasi terhadap Rupiah akan terus meningkat sepanjang sisa tahun ini hingga tahun depan. Sejalan dengan itu, cadangan devisa juga akan terus meningkat untuk mendukung apresiasi tersebut.
Namun, Fauzi mengingatkan risiko terbesar terhadap kesempatan Indonesia untuk unggul dalam perekonomian global adalah kemungkinan kecil terjadinya krisis ekonomi global berganda serta risiko pelarian modal.
Kepala Bagian Riset Standard Chartered Bank untuk Asia Tenggara, Tai Hui, mengatakan: “Ketahanan Asia dalam menghadapi penurunan suhu ekonomi global memberi keyakinan bagi kami bahwa Asia akan tetap tangguh menghadapi kemungkinan adanya gejolak di masa depan."
Menurut dia, mata uang Asia akan terus mengalami apresiasi karena arus masuk modal, keamanan dan keunggulan performa perekonomian secara global.
Dalam beberapa bulan ke depan perekonomian besar dunia seperti Cina, India dan Indonesia akan tampil lebih baik. Ini dapat terjadi karena ekspor diperkirakan melambat pada sisa tahun 2010 dan selama semester pertama tahun 2011, yang disebabkan oleh melemahnya Amerika Serikat serta Eropa.
Dalam 12 bulan ke depan, Amerika Serikat dapat mengalami pemulihan ekonomi walau amat perlahan, karena masih lemahnya konsumsi domestik. "Pertumbuhan ekonomi di Cina akan sedang-sedang saja, tetapi ini akan membantu pertumbuhan berkelanjutan jangka panjang di perekonomian yang besar," ujar Hui.
• VIVAnews
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 14.18
0 komentar:
Posting Komentar