Home » , , » Malang Terancam Jadi Kota Sampah di Tahun 2013

Malang Terancam Jadi Kota Sampah di Tahun 2013

Dalam waktu 3 tahun kedepan, Kota Malang terancam menjadi 'kota sampah'. Pasalnya, diperkirakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang hanya mampu menampung sampah hingga 2 tahun kedepan saja.

Menurut Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang, Wasto, volume sampah di Kota Malang dalam per harinya mencapai 350 ton. Sampah tersebut semuanya dibuang di TPA Supit Urang, yang dimiliki Kota Malang itu.

"TPA Supit Urang itu satu-satunya TPA yang ada di Kota Malang. Dan kalau tidak ada upaya sistem pengelolaan sampah, ya diperkirakan, 3 tahun kedepan, akan menjadi sebuah persoalan serius. Baik itu daya tampung yang sudah tak mencukupi, hingga persoalan limbahnya," jelas Wasto.

Sistem pengelolaan sampah yang dimaksud jelas Wasto, adalah seperti sistem penangkapan gas metan yang dihasilkan dari sampah. Dengan penangkapan gas metan itu, maka kondisi tanah bisa tetap aman bahkan mampu menekan potensi penumpukan sampah hingga 40 persen.

Dengan demikian, lanjut Wasto, potensi ancaman polusi udara akibat penumpukan sampah, rusaknya kandungan tanah, dan ancaman lainnya bisa diminimalisir. Hanya saja, sistem pengelolaan sampah yang dikenal dengan Twin Development Mekanisme belum dimiliki TPA Supit Urang.

"Untuk bisa menekan ancaman bahaya sampah di Kota Malang itu, kami ingin mencari investor yang bisa mengelola sampah dengan sistem Twin Development Mekanisme itu. Cara ini seperti ada pipa yang menekan polusi atau gas metan yang dihasilkan dari sampah," bebernya.

Pencarian investor untuk pengelolaan sampah ini aku Wasto, dilakukan pada 27-29 September nanti di Sanghai, China. "Yakni saat Pemkot Malang ditunjuk oleh pemerintah pusat menjadi bagian dari 8 TPA yang ditunjuk pemerintah mewakili Indonesia pada agenda pengelolaan sampah di China," katanya.

Untuk proposal penawaran, kata Wasto, disiapkan oleh pemerintah dan hanya tinggal dipresentasikan saja. Hal itu sesuai dengan kesepakatan para kepala negara dalam Kyoto Protocol. Yakni ada pengelolaan sampah untuk mengurangi emisi karbon yang kemudian diklaimkan ke negera maju seperti Amerika untuk mendapat dana.

Bagaimana bila di China nanti atau hingga 2 tahun kedepan belum ada investor yang tertarik? Wasto menyebutkan, ada antisipasi lainnya. Yakni, perluasan lahan TPA Supit Urang yang kini sudah memiliki luas tanah sekitar 15 hektar.

"Asumsi terburuk bila tidak ada investor yang tertarik, maka kami akan memperluas lahan TPA Supit Urang. Semoga saja ada investor yang tertarik mengelola TPA Supit Urang ini," harapnya.
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 23.56

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.