Akibat semburan lumpur tersebut puluhan ribu rumah warga tengelam dan aktivitas masyarakat lumpuh total. Hingga detik ini kepastian penyebab semburan tersebut masih belum diketahui secara pasti.
Namun, banyak kalangan dan para ilmuan mengatakan semburan tersebut terjadi disebabkan kesalahan dalam sebuah eksplorasi sumur gas oleh PT. Lapindo Brantas. Sebagian pula mengatakan karena dampak gempa yang terjadi di Yogyakarta.
Dr Segey V Kadurin dari Russian Geological Research Institute Russian Academy of Sciences mengatakan bahwa letusan LUSI disebabkan oleh serangkaian kejadian yang mengaktifkan kembali struktur gunung lumpur tua.
Dalam laporan hasil penelitian yang diterbitkan hari ini, tim ilmuan Rusia berkesimpulan bahwa letusan tersebut merupakan hasil langsung dari pengaktifkan kembali gunung lumpur tua yang terjadi dari serangkaian kegiatan seismik.
Dr Kadurin yang juga seorang pengajar senior di Universitas Odessa di Ukraina melakukan penelitiannya dibantu para ilmuan terkemuka dari Russian Institute of Electro Physycs. Pemaparan hasil riset mereka didasari oleh data seismik dari Indonesia yang belum pernah dikemukakan sebelumnya. Data seismik tersebut diperoleh dari periode sebelum terjadinya letusan di area tersebut.
Laporan ini menyimpulkan bahwa LUSI terjadi akibat dari kembali aktifnya struktur gunung lumpur yang telah terbentuk sekitar 150.000 - 200.000 tahun yang lalu yang kemudian meletus pada 29 Mei 2006 dan terus berlanjut hingga kini, dipicu oleh serangkaian kegiatan seismik yang telah dimulai 10 bulan sebelum terjadinya letusan LUSI.
"Gempa bumi yang terjadi sekitar satu tahun sebelum letusan LUSI merupakan saluran lumpur. Pergerakan patahan Watukosek yang terjadi terus menerus telah membantu proses ini lebih lanjut. Dan gempa bumi yang terjadi dua hari sebelum letusan terjadi bisa menjadi sebuah kick off yang terakhir," ujar Dr. Kadurin dalam seminar yang berjudul Result: LUSI Mud Volcano 3D model di Four Season Hotel Jakarta, Kamis (30/9/2010).
Sejumlah ahli geologi Indonesia dan internasional telah mempelajari fenomena LUSI. Namun, sejauh ini terdapat begitu banyak kesimpulan mengenai penyebab dari bencana tersebut sehingga mengakibatkan kontroversi internasional yang telah berlangsung sekian lama.
"Dengan kesalahan asumsi bahwa pengeboran merupakan penyebab dari letusan lumpur, pihak yang berwenang berada dalam bahaya serta mengabaikan kemungkinan bencana yang akan datang dan kemungkinan lalai dalam mengambil tindakan antisipasi yang tepat, yang mencakup evakuasi penduduk sekitarnya," ungkapmya.
Hal ini, sambung dia, dapat disimpulkan sebagai sebagai fakta yang tidak terbantahkan bahwa dalam peristiwa gunung lumpur LUSI, saluran lumpur telah ada jauh sebelum adanya pengeboran sumur. Bahkan terdapat dua saluran utama dengan tiga titik letusan potensial yang dapat diobservasi melalui tampilan 3D dari sub terrain.
Menurut juru bicara tim Rusia Goris Gromov, penelitian ini selain minat para ilmuan untuk mencari solusi masalah lumpur tersebut tapi juga merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Rusia.
"Minat para ilmuan dalam meneliti peristiwa ini, disamping keinginan mereka untuk membantu masyarakat Indonesia dalam memecahkan masalah yang disebabkan oleh gunung lumpur di Jawa, merupakan sebuha bukti dari persahabatan dan kerjasama antara Rusia dan Indonesia yang terjalin sejak lama," katanya.
"Rusia juga telah memiliki pengalaman yang luas dalam menangani gunung lumpur yang banyak terdapat di daerah - daerah yang kaya hidrokarbon, seperti Asia Tengah," tambahnya.
Dalam diskusi tersebut hadir juga Awang Harun Satyana dari BP MIGAS sebagai pembicara serta Prof. Hardi Prasetyo dari Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS).
Diakhir diskusi, Goris Gromov menyimpulkan bahwa tujuan dari studi ini bukan untuk memulai sebuah diskusi tanpa hasil mengenai penyebab letusan LUSI, namun untuk mempresentasikan sebuah pendapat ilmiah dari ilmuan serta pemerintah Rusia tentang kerugian dan kerusakan ekonomi seminimal mungkin.
“Namun, kami sepenuhnya siap untuk menjawab berbagai pertanyaan yang mungkin timbul sehubungan dengan fenomena LUSI," pungkasnya.(okezone)
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 13.01
0 komentar:
Posting Komentar