Penyerangan terhadap warga Syiah di Sampang, Madura menjadi lembaran kelam toleransi keberagaman di Indonesia. 2 Nyawa meregang akibat penyerangan ini. Kesigapan aparat dipertanyakan. Padahal jika aparat segera mengambil tindakan, maka kasus ini tidak akan melebar dan berujung korban jiwa.
Penyebab utama terjadinya penyerangan ini masih simpang siur. Masing-masing memberikan versi sendiri. Namun, menurut Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, yang juga warga Madura, penyebab dari kerusuhan ini adalah karena asmara.
"Menurut Mahfud, konflik Sampang ini sebenarnya tidak akan meluas apabila segera diambil tindakan peredaman sejak awal.
“Awal mula persoalan ini sebenarnya soal asmara. Sudah disampaikan oleh tokoh-tokoh Madura yang datang ke Jakarta dan mendatangi Menag, Mendagri, dengan dokumen yang lengkap. Mestinya dengan kasus itu segera diredam, sehingga tidak meluas seperti ini,” kata Mahfud saat ditemui di ruang kerjanya di Gedung MK, Jl Medan Merdeka Barat, Selasa (28/8) kemarin.
Namun demikian, kata Mahfud, sudah bukan saatnya menyatakan siapa yang bersalah terkait konflik ini. Ini semua sudah terlanjur terjadi.
“Sekarang sudah terlanjur terjadi. Tidak ada jalan lain kecuali penegakan hukum secara tegas,” ucapnya.
Mahfud berharap, aparat keamanan harus segera bertindak memulihkan keadaan. “Siapa pun yang teledor dibicarakan belakangan. Sekarang ini selamatkan orang-orang yang terancam. Tidak boleh ada pengadilan oleh rakyat untuk rakyat, itu biadab,” tegasnya.
Versi Mentyeri Agama, aksi penyerangan di Sampang ini menyebutkan dipicu oleh masalah keluarga.
"Sebenarnya ini bukan konflik antara Syiah-Sunni, tapi berawal dari masalah keluarga. Karena kedua tokoh (Tajul Muluk dan Rois) ini memiliki pengikut yang cukup besar di sana, persoalan keduanya menjadi konflik kelompok," kata Menteri Agama Suryadharma Ali.
Sayangnya, baik Suryadharma atau pun Kapolri enggan memberi keterangan konflik keluarga seperti apa yang menjadi pemicu kerusuhan di Sampang. Sebab, menurut mereka tidak elok membeberkan masalah keluarga di depan publik.
"Hanya saja, persoalan itu sudah terjadi sejak 2004 silam dan pecah pada Desember 2011 lalu menjadi konflik antar kelompok agama. Setelah reda dan menangkap Tajul Muluk, tiba-tiba kasus ini kembali pecah Minggu kemarin," lanjut Suryadharma.
Namun hal ini buru-buru ditampik oleh Komnas HAM. Komnas HAM menilai, masalah ini tidak sesederhana itu.
"Ini bukan masalah keluarga. Turunnya petinggi negara ke sana, menunjukkan masalah yang serius," kata Komisioner Komnas HAM, Ridha Saleh di kantornya, Jalan Latuhanhary, Jakarta, Selasa (28/8).
Saleh menilai, kedatangan menteri dalam negeri, menteri agama, Kepala BIN, Panglima TNI, Kapolri ke Surabaya menunjukkan jika kasus tersebut tidak segera ditangani, dipastikan akan meluas ke beberapa basis Syiah di Jawa Timur.
Apapun penyebabnya, yang jelas dua orang telah tewas lantaran aksi penyerangan ini. Sampai kapan konflik berbau SARA akan terus terjadi di negeri ini?
Penyebab utama terjadinya penyerangan ini masih simpang siur. Masing-masing memberikan versi sendiri. Namun, menurut Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, yang juga warga Madura, penyebab dari kerusuhan ini adalah karena asmara.
"Menurut Mahfud, konflik Sampang ini sebenarnya tidak akan meluas apabila segera diambil tindakan peredaman sejak awal.
“Awal mula persoalan ini sebenarnya soal asmara. Sudah disampaikan oleh tokoh-tokoh Madura yang datang ke Jakarta dan mendatangi Menag, Mendagri, dengan dokumen yang lengkap. Mestinya dengan kasus itu segera diredam, sehingga tidak meluas seperti ini,” kata Mahfud saat ditemui di ruang kerjanya di Gedung MK, Jl Medan Merdeka Barat, Selasa (28/8) kemarin.
Namun demikian, kata Mahfud, sudah bukan saatnya menyatakan siapa yang bersalah terkait konflik ini. Ini semua sudah terlanjur terjadi.
“Sekarang sudah terlanjur terjadi. Tidak ada jalan lain kecuali penegakan hukum secara tegas,” ucapnya.
Mahfud berharap, aparat keamanan harus segera bertindak memulihkan keadaan. “Siapa pun yang teledor dibicarakan belakangan. Sekarang ini selamatkan orang-orang yang terancam. Tidak boleh ada pengadilan oleh rakyat untuk rakyat, itu biadab,” tegasnya.
Versi Mentyeri Agama, aksi penyerangan di Sampang ini menyebutkan dipicu oleh masalah keluarga.
"Sebenarnya ini bukan konflik antara Syiah-Sunni, tapi berawal dari masalah keluarga. Karena kedua tokoh (Tajul Muluk dan Rois) ini memiliki pengikut yang cukup besar di sana, persoalan keduanya menjadi konflik kelompok," kata Menteri Agama Suryadharma Ali.
Sayangnya, baik Suryadharma atau pun Kapolri enggan memberi keterangan konflik keluarga seperti apa yang menjadi pemicu kerusuhan di Sampang. Sebab, menurut mereka tidak elok membeberkan masalah keluarga di depan publik.
"Hanya saja, persoalan itu sudah terjadi sejak 2004 silam dan pecah pada Desember 2011 lalu menjadi konflik antar kelompok agama. Setelah reda dan menangkap Tajul Muluk, tiba-tiba kasus ini kembali pecah Minggu kemarin," lanjut Suryadharma.
Namun hal ini buru-buru ditampik oleh Komnas HAM. Komnas HAM menilai, masalah ini tidak sesederhana itu.
"Ini bukan masalah keluarga. Turunnya petinggi negara ke sana, menunjukkan masalah yang serius," kata Komisioner Komnas HAM, Ridha Saleh di kantornya, Jalan Latuhanhary, Jakarta, Selasa (28/8).
Saleh menilai, kedatangan menteri dalam negeri, menteri agama, Kepala BIN, Panglima TNI, Kapolri ke Surabaya menunjukkan jika kasus tersebut tidak segera ditangani, dipastikan akan meluas ke beberapa basis Syiah di Jawa Timur.
Apapun penyebabnya, yang jelas dua orang telah tewas lantaran aksi penyerangan ini. Sampai kapan konflik berbau SARA akan terus terjadi di negeri ini?
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 09.08
0 komentar:
Posting Komentar