Ereksi sangat memengaruhi harmonis tidaknya hubungan antarpasangan. Para pria layak memerhatikan persoalan satu ini
Yang namanya seks dimana-mana selalu menarik untuk dibicarakan meski acap kali sembunyi-sembunyi, takut ketahuan kalau lagi ngobrol soal satu ini. Seks, meski semua orang dipastikan menyenanginya, tetapi tetap saja dianggap tabu bagi sebagian besar masyarakat Asia.
Tak heran bila ada persoalan, tak banyak yang sudi memeriksakan diri ke dokter yang ahli di bidangnya. Sebaliknya, curahan hati ini justru terlampiaskan di tempat-tempat yang tidak seharusnya.
Ambil contoh misalnya ahli pijat, ahli memanjangkan kelamin, tukang obat di pinggir-pinggir jalan. “Kita cuma ketemu sekali aja, jadi gak ketahuan siapa,” jelas seorang pria (37) yang tak mau disebut namanya memberi alasan.
Kebiasaan menyembunyikan persoalan seksual ini pun tak jarang juga sampai di tempat tidur. Sri (35), sebut saja demikian, mengeluh karena suaminya kurang romantis di ranjang. Ibu rumah tangga dengan dua anak ini sempat curhat pada kawannya.
”Saya tuh sebenarnya pengen suami tidak langsung tidur sehabis ‘main’. Pas mulai pun pengennya suami tidak langsung tabrak, tapi pake pendahuluan dulu,” ceritanya.
Keluhan ini kerap tinggal kata-kata yang menguap begitu saja. Sehingga, tidak mengagetkan juga kalau ternyata sebagian besar pasangan di Asia merasa sangat tidak puas dengan kehidupan seksual mereka.
Sementara fakta yang bisa ditemui sehari-hari menunjukkan bahwa tingkat pencapaian kepuasan dalam kehidupan seksual terkait erat dengan tingkat pencapaian kepuasaan dalam berbagai aspek kehidupan lainnya sebagai individu.
Sebuah penelitian bertajuk APSHOW (Asia Pacific Sexual Health and Overall Wellness) meneguhkan hal ini. Penelitian yang berlangsung dari bulan Mei hingga Juli 2008 menyebutkan 57 persen pria dan 64 persen perempuan merasa sangat tidak puas dengan kehidupan seksual yang mereka jalani dengan pasangan.
Survei APSHOW ini dilakukan di 13 negara di kawasan Asia Pasifik, antara lain Australia, China, Hongkong, India, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Koera Selatan, Taiwan, Thailand, Selandia Baru dan tentu saja Indonesia.
Sebanyak 3.957 responden berusia antara 25 hingga 74 tahun, telah berhubungan seksual dalam 12 bulan terakhir. Ada sekitar 2.016 pria dan 1.941 perempuan yang aktif secara seksual.
Terkait Ereksi
Selain ketidakpuasan, ditemukan juga gejala menarik. Tingkat pencapaian kepuasan yang merujuk pada tingkat kekerasan ereksi bagi sebagian pria dan wanita itu merupakan kunci untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan seksual, cinta dan kasih sayang, kehidupan berumah tangga dan penerimaan diri sebagai pasangan.
“Memang hanya sedikit sekali kasus disfungsi ereksi yang terungkap dan mendapat penanganan medis yang tepat. Hanya sekitar 13 persen yang sudah tanggap informasi dan mau mencari pengobatan yang benar.Sebagian besar lainnya menutup diri karena tidak mengerti, malu, menganggap bukan penyakit dan kemungkinan lain dokter yang menanganinya tidak siap,” kata Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) Prof. Dr.dr. Wimpie Pangkahila , Sp.And, FAACS.
Disfungsi ereksi memang hanya bagian dari disfungsi seksual. Tapi persoalan ini mengemuka karena tak banyak pria yang mampu benar-benar optimal mengalami ereksi saat berhubungan intim dengan istrinya.
“Dalam banyak kasus yang saya tangani para pria mengalami ereksi keras tapi tidak cukup untuk penetrasi atau ereksi keras tapi tidak maksimal,” ujar Wimpie. Sementara kasus penis yang bisa membesar tapi tidak keras hanya sedikit saja.
Wimpie yang juga Kepala Bagian Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali membenarkan bahwa tingkat kekerasan ereksi pada pria menentukan kualitas hubungan seksual.
Saat seorang pria bisa ereksi secara maksimal, maka pasangannya dan tentu saja dia sendiri akan mendapatkan kepuasaan yang optimal dan secara individu masing-masing mampu mendapatkan rasa utuh di sisi kehidupan yang lain.
Tak heran APSHOW juga memperlihatkan 67 persen dari 87 persen pria dan perempuan yang merasa lebih puas dengan kehidupan seksualnya juga mengungkapkan rasa puasnya atas aspek hidup lainnya. (sehat news)
Yang namanya seks dimana-mana selalu menarik untuk dibicarakan meski acap kali sembunyi-sembunyi, takut ketahuan kalau lagi ngobrol soal satu ini. Seks, meski semua orang dipastikan menyenanginya, tetapi tetap saja dianggap tabu bagi sebagian besar masyarakat Asia.
Tak heran bila ada persoalan, tak banyak yang sudi memeriksakan diri ke dokter yang ahli di bidangnya. Sebaliknya, curahan hati ini justru terlampiaskan di tempat-tempat yang tidak seharusnya.
Ambil contoh misalnya ahli pijat, ahli memanjangkan kelamin, tukang obat di pinggir-pinggir jalan. “Kita cuma ketemu sekali aja, jadi gak ketahuan siapa,” jelas seorang pria (37) yang tak mau disebut namanya memberi alasan.
Kebiasaan menyembunyikan persoalan seksual ini pun tak jarang juga sampai di tempat tidur. Sri (35), sebut saja demikian, mengeluh karena suaminya kurang romantis di ranjang. Ibu rumah tangga dengan dua anak ini sempat curhat pada kawannya.
”Saya tuh sebenarnya pengen suami tidak langsung tidur sehabis ‘main’. Pas mulai pun pengennya suami tidak langsung tabrak, tapi pake pendahuluan dulu,” ceritanya.
Keluhan ini kerap tinggal kata-kata yang menguap begitu saja. Sehingga, tidak mengagetkan juga kalau ternyata sebagian besar pasangan di Asia merasa sangat tidak puas dengan kehidupan seksual mereka.
Sementara fakta yang bisa ditemui sehari-hari menunjukkan bahwa tingkat pencapaian kepuasan dalam kehidupan seksual terkait erat dengan tingkat pencapaian kepuasaan dalam berbagai aspek kehidupan lainnya sebagai individu.
Sebuah penelitian bertajuk APSHOW (Asia Pacific Sexual Health and Overall Wellness) meneguhkan hal ini. Penelitian yang berlangsung dari bulan Mei hingga Juli 2008 menyebutkan 57 persen pria dan 64 persen perempuan merasa sangat tidak puas dengan kehidupan seksual yang mereka jalani dengan pasangan.
Survei APSHOW ini dilakukan di 13 negara di kawasan Asia Pasifik, antara lain Australia, China, Hongkong, India, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Koera Selatan, Taiwan, Thailand, Selandia Baru dan tentu saja Indonesia.
Sebanyak 3.957 responden berusia antara 25 hingga 74 tahun, telah berhubungan seksual dalam 12 bulan terakhir. Ada sekitar 2.016 pria dan 1.941 perempuan yang aktif secara seksual.
Terkait Ereksi
Selain ketidakpuasan, ditemukan juga gejala menarik. Tingkat pencapaian kepuasan yang merujuk pada tingkat kekerasan ereksi bagi sebagian pria dan wanita itu merupakan kunci untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan seksual, cinta dan kasih sayang, kehidupan berumah tangga dan penerimaan diri sebagai pasangan.
“Memang hanya sedikit sekali kasus disfungsi ereksi yang terungkap dan mendapat penanganan medis yang tepat. Hanya sekitar 13 persen yang sudah tanggap informasi dan mau mencari pengobatan yang benar.Sebagian besar lainnya menutup diri karena tidak mengerti, malu, menganggap bukan penyakit dan kemungkinan lain dokter yang menanganinya tidak siap,” kata Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) Prof. Dr.dr. Wimpie Pangkahila , Sp.And, FAACS.
Disfungsi ereksi memang hanya bagian dari disfungsi seksual. Tapi persoalan ini mengemuka karena tak banyak pria yang mampu benar-benar optimal mengalami ereksi saat berhubungan intim dengan istrinya.
“Dalam banyak kasus yang saya tangani para pria mengalami ereksi keras tapi tidak cukup untuk penetrasi atau ereksi keras tapi tidak maksimal,” ujar Wimpie. Sementara kasus penis yang bisa membesar tapi tidak keras hanya sedikit saja.
Wimpie yang juga Kepala Bagian Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali membenarkan bahwa tingkat kekerasan ereksi pada pria menentukan kualitas hubungan seksual.
Saat seorang pria bisa ereksi secara maksimal, maka pasangannya dan tentu saja dia sendiri akan mendapatkan kepuasaan yang optimal dan secara individu masing-masing mampu mendapatkan rasa utuh di sisi kehidupan yang lain.
Tak heran APSHOW juga memperlihatkan 67 persen dari 87 persen pria dan perempuan yang merasa lebih puas dengan kehidupan seksualnya juga mengungkapkan rasa puasnya atas aspek hidup lainnya. (sehat news)
Label:
Ereksi,
Ereksi Makin Keras,
Kehidupan Seksual,
Sexsiologi
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 19.32