Planet Baru Kaya Akan Berlian, Bisakah Dihuni?

Astronom dari Yale University menemukan sebuah planet yang kaya akan berlian. Planet tersebut berukuran dua kali lipat Bumi, mengorbit bintang serupa dan tetangga Matahari.

"Ini bukti pertama adanya planet batuan yang secara fundamental punya perbedaan komposisi kimia dengan Bumi. Permukaan planet ini lebih banyak ditutupi dengan grafit dan berlian daripada air dan granit," ungkap Nikku Madhusudhan, astronom penemunya.



Planet berlian tersebut bernama 55 Cancri e, memiliki massa 8 kali Bumi sehingga disebut planet Bumi Super. Planet ini merupakan salah satu dari 5 planet yang mengorbit bintang 55 Cancri, berlokasi 40 tahun cahaya dari Bumi.


Apakah planet itu bisa dihuni manusia?

55 Cancri e mengorbit dengan kecepatan tinggi. Satu tahun di planet itu sama dengan 18 jam di Bumi. Suhu planet juga sangat panas, mencapai 2.149 derajat celsius.

Astronom sebelumnya menduga bahwa 55 Cancri e memiliki air super panas. Namun, observasi menunjukkan bahwa planet itu tak punya air sama sekali. Komposisi planet mayoritas hanya karbon, besi, silikon, dan silikat. Kandungan berlian mencapai 75 persen.

Dengan demikian, planet baru ini tak bisa dihuni. Tinggal di planet kaya berlian ini cuma akan jadi mimpi.

Penemuan ini, kata Madhusudhan, menunjukkan bahwa planet Bumi Super kaya karbon yang jauh tak bisa lagi diasumsikan punya komposisi sama dengan Bumi. Temuan ini juga membuka peluang studi lain, mengungkap pengaruh komposisi planet pada aktivitas tektonik dan vulkanik.

"Bumi Super kaya berlian ini adalah salah satu penemuan yang menanti kita untuk mengeksplorasi planet yang mengorbit bintang tetangga Matahari," papar Madhusudhan seperti dikutip Physorg. Riset akan dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters.


Sumber :
kompas.com
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 09.30

Batu "Piramida" di Mars Mirip dengan Batuan Bumi

Sebuah kendaraan penjelajah (rover) bernama Curiosity kini sedang menjalani tugas mulia, menggantikan manusia untuk mengeksplorasi planet tetangga dekat Bumi, Mars.

Tak hanya menjelajah planet merah dan mengambil foto-fotonya, pada September lalu, Curiosity melakukan kontak pertama dengan batuan Mars yang berbentuk unik, mirip piramida.



Setelah diteliti oleh Curiosity, batu yang diberi nama "Jake Matijevic", untuk mengenang anggota misi yang meninggal Agustus lalu, ternyata tak seperti batuan Mars yang pernah dijumpai sebelumnya. Yang mengejutkan, ia justru mirip dengan batuan di Bumi.

Jenis batuan tersebut yang pertama ditemukan di Mars membantu memperluas pemahaman para ilmuwan tentang bagaimana batuan beku terbentuk.

Batu berbentuk piramida itu memiliki tinggi 40 cm, ditemui di tempat pendaratan di Curiosity di Mars, Kawah Gale.

Batu Jake kini digunakan sebagai target kalibrasi Curiosity untuk menguji coba 10 instrumen sainsnya. "Itu adalah batu dengan ukuran bagus pertama yang kami temukan di tengah perjalanan," kata Roger Wiens, peneliti utama instrumen Chemistry and Camera (ChemCam) Curiosity dari Los Alamos National Laboratory.

Akhir September lalu, Curiosity menggunakan ChemCam dan Alpha Particle X-ray Spectrometer (APXS) untuk menguak komposisi kimia batu Jake. Apa yang ditemukan mengejutkan.

"Spektrum yang kami lihat tak seperti yang dikira," kata investigator Ralf Gellert dariUniversity of Guelph, Kanada. "Tipe baru batuan yang ditemukan di Mars, yang tidak dilihat rover sebelumnya, Spirit dan Opportunity."

Batu Jake tampaknya memiliki konsentrasi elemen sodium, aluminum, dan potassium lebih tinggi. Sementara konsentrasi mahnesium, besi, dan nikel yang lebih rendah dari batuan beku lainnya yang dipelajari di Mars.

Jenis ini secara kimiawi, meski jarang terlihat, adalah jenis yang telah dipelajari dengan baik di Bumi, misalnya spesimen yang ditemukan di pulau-pulau samudra seperti Hawaii dan di tempat lain.

Di Hawaii misalnya, batuan tersebut berasal dari lelehan batuan di dalam gunung berapi yang ke luar dalam bentuk magma, yang kemudian kembali membeku dan mengkristal. Namun, para peneliti tidak mau buru-buru menyimpulkan batuan di Mars juga terbentuk dengan cara yang sama.

Curiosity, tokoh utama Mars Science Laboratory Mission yang bernilai US$2,5 miliar didaratkan ke planet merah untuk mempelajari apakah Mars mampu menopang kehidupan.


Sumber :
viva.co.id
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 09.28

Mengapa Hanya Satu Sisi Bulan Saja yang Bisa Kita Lihat dari Bumi?

Periode rotasi Bulan tidak sama denga periode rotasi Bumi. Periode rotasi Bumi adalah 24 jam (1 hari), sementara periode rotasi Bulan adalah 27.3 hari.

Wajah bulan yang dilihat oleh seluruh manusia di Bumi, baik di Indonesia maupun di belahan Bumi lainnya selalu nampak sama.



Mengapa demikian? Wajah Bulan selalu pada sisi yang sama menghadap Bumi karena periode rotasi Bulan sama dengan periode revolusinya (waktu yang dibutuhkan untuk mengitari Bumi). Kenapa kedua periode ini bisa sama, disebabkan oleh fenomena yang dinamakan tidal locking atau penguncian pasang/gravitasi.

Fenomena penguncian gravitasi ini adalah fenomena umum dalam sistem gravitasi. Banyak satelit planet-planet lain juga terkunci gravitasi dengan planet induknya.

Kenapa fenomena tidal locking terjadi adalah karena adanya torsi yang diberikan Bumi kepada Bulan, dan Bulan bereaksi dengan menyesuaikan periode rotasinya sehingga tercapai kesetimbangan yaitu saat periode rotasinya sama dengan periode revolusinya.


Mengapa Bulan Berbentuk Sabit?

Fase Bulan (sabit maupun yang lain) terjadi karena kita yang di Bumi mengamati sinar matahari jatuh ke Bulan pada sudut pandang yang berbeda-beda.

Diagram berikut ini menggambarkan bagaimana posisi Bulan relatif terhadap Matahari dan Bumi menghasilkan fase Bulan sebagaimana kita lihat di Bumi.

Fase Bulan. Kredit: Space.com


Sumber :
langitselatan.com
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 08.50

Manusia Bukan Penduduk Asli di Bumi?


Para ilmuwan menguak, manusia dan segala mahluk di dalamnya mungkin adalah pendatang di planet biru. Ini terkait dengan asal-usul kehidupan di Bumi. Para ilmuwan berteori, mikroba ekstraterresterial mungkin telah membawa kehidupan di Bumi, setelah menempuh perjalanan di luar angkasa selama jutaan tahun.

Teori tersebut berdasarkan kalkulasi yang menunjukkan, kemungkinan besar fragmen batuan dari sistem tata surya lain mendarat ke Bumi. Beberapa dari mereka bisa jadi mengandung mikroorganisme, demikian ditulis ahli dalam jurnal Astrobiology.
zazzle.com
Penelitian menunjukkan, mahluk sejenis kumbang yang dalam kondisi dormant alias tidak aktif tapi masih bernyawa, bisa selamat dalam perjalanan panjang ruang angkasa, meski berada dalam tingkat radiasi kosmik yang tinggi.

Tak hanya menuju bumi, mahluk hidup sederhana itu mungkin juga telah melakukan perjalanan dari Bumi ke planet lain di luar Tata Surya. Proses tersebut disebut sebagai lithopanspermia. Yang juga bisa berarti alam semesta dipenuhi kehidupan serupa di Bumi.

"Studi kami mengungkap lithopanspermia mungkin terjadi, ini mungkin makalah pertama yang  mendemonstrasikan soal itu," kata peneliti utama, Dr Edward Belbruno, dari Princeton University, Amerika Serikat. "Jika mekanisme ini benar, maka ia memiliki implikasi terhadap kehidupan di alam semesta secara keseluruhan. Itu bisa terjadi di manapun.

Erupsi gunung berapi dahsyat, tabrakan meteor, dan tubrukan antar benda langit membuat fragmen batuan dari sebuah planet terbang ke luar angkasa.

Diduga, saat saat Tata Surya masih muda, dan Matahari jauh lebih dekat dengan para tetangganya dibanding sekarang, sejumlah puing-puing bisa jadi dipertukarkan antar planet yang mengorbit ke bintang berbeda.

Puing itu melakukan perjalanan relatif lambat, memberi peluang untuk tertangkap oleh gravitasi planet di dekatnya.


Simulasi Teori

Untuk mengurai teori ini, para peneliti menggunakan program komputer untuk melakukan simulasi gugus bintang di mana Matahari lahir. Mereka menemukan, fragmen batu yang terlontar dari Tata Surya dan tetangga terdekatnya, dengan perbandingan antara lima sampai 12 dari 10.000 puing bisa ditangkap planet yang lain.

Selama periode 10 juta hingga 90 juta tahun, diperkirakan antara 100 triliun dan 30 kuadriliun  benda dengan bobot lebih dari 10 kilogram telah melaui proses transfer seperti ini.
cansars.blogspot.com
Ilmuwan menduga, organisme yang sampai di Bumi menemui sebuah lingkungan yang ditutupi air. Bumi memiliki air di permukaannya sejak Tata Surya baru berusia 288 juta tahun, membuat planet biru siap untuk menerima mikroba alien.

Penulis lain, Dr Amaya Moro-Martin, astronom dari  Centro de Astrobiologia, Spanyol mengatakan, studi mereka berhenti ke tahap di mana material padat yang terlontar dari suatu planet, tiba di planet kedua.

Sementara, dia menambahkan, proses lithopanspermia bisa terjadi jika material itu mendarat di planet di mana kehidupan bisa berkembang.

"Studi kami tidak membuktikan lithopanspermia benar-benar terjadi, tetapi menunjukkan bahwa itu adalah kemungkinan yang terbuka," kata dia.
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 09.33

Gunung yang "Tenggelamkan" Kota Atlantis Kini Bangkit

Batuan cair menggelegak panas di bawah pulau gunung berapi Santorini, di Laut Aegea, Yunani, tempat di mana salah satu erupsi gunung berapi terdahsyat di Bumi terjadi, dalam kurun waktu 10.000 tahun.

Letusan itu terjadi sekitar 3.600 tahun lalu. Kala itu sekitar tahun 1620 Sebelum Masehi, Santorini meletus dahsyat, memicu tsunami setinggi 12 meter yang menyapu bersih peradaban Minoa di Yunani, dan mungkin telah melahirkan salah satu legenda yang menyandera imaji manusia: misteri kota Atlantis yang hilang.



Dan, gunung itu kini menunjukan tanda-tanda kebangkitannya. Dalam 1,5 tahun terakhir, kamar magma di bawah pulau gunung berapi itu menggelembung sebesar 20 juta meter kubik atau 15 kali ukuran London Olympic Stadium -yang digunakan sebagai lokasi pembukaan dan penutupan olimpiade 2012-. Massa magma raksasa juga telah menyebabkan kenaikan pulau setinggi 14 centimeter. Demikian studi terbaru yang dimuat di jurnal Nature Geoscience.

Penelitian terbaru ini menindaklanjuti laporan sebelumnya, yang juga dikeluarkan tahun ini, yang menyatakan kebangkitan aktivitas gempa baru di bawah gunung berapi, setelah ia diam dan tenang selama 25 tahun terakhir.

Laporan tersebut menimbulkan kekhawatiran, gunung itu bisa meletus dalam waktu dekat, meski kapan persisnya itu bakal terjadi, belum bisa dipastikan.


"Sebelumnya kami sama sekali tidah tahu perilaku gunung api itu selama periode jeda antar erupsi," kata David Pyle, peneliti Oxford University dan salah satu penulis laporan kepada situs sains Our Amazing Planet. "Saat ini, sepertinya ruang magma di bawah gunung berapi seperti Santorini tumbuh makin besar."

Saat meletus 1620 SM, gunung itu merusak peradaban di Laut Aegea, menghancurkan pulau-pulau di sekitarnya. Dari atas udara, kawah bekas letusannya kini hanya berupa wilayah kecil di antara koleksi pulau-pulau besar Yunani di Laut Aegea.

Awal tahun ini, sensor global positioning system (GPS) yang dipasang di kaldera mendeteksi pergerakan baru mengukur serangkaian gempa bumi kecil.

Aktivitas seismik diyakini bisa memicu erupsi, dan sering menjadi pertanda bahwa sebuah gunung sedang bersiap untuk meletus dalam waktu relatif dekat. Namun, yang membingungkan, alih-alih naik, aktivitas seismik justru menurun drastis dalam waktu beberapa bulan.

Bagaimana jika Santorini kembali meletus? Apakah efeknya akan sama mengerikannya seperti di masa lalu?

Menurut para peneliti, tragedi yang sama tidak akan berulang kembali. Apalagi sampai menyapu perabadan seperti di era Minoa. Sebab, ukurannya jauh lebih kecil.

"Santorini memang terkenal dengan letusan dahsyatnya di masa lalu. Namun erupsi sebesar itu mungkin hanya terjadi tiap 20.000 tahun," kata Pyle. Meski demikian, para ahli memperingatkan, gunung api itu wajib untuk terus diawasi.


Kaitan dengan Atlantis


Masih terkait letusan Santorini di masa lalu, ada banyak spekulasi tentang kaitannya dengan legenda Atlantis, yang menurut Plato, tenggelam di dasar lautan.

Meski sebagian ilmuwan berpikir, itu hanya sekedar cerita yang dibuat-buat, lainnya berpendapat, cerita soal letusan gunung itu mungkin membangkitkan kisah tentang sebuah kerajaan yang hilang, tentang peradaban Minoa yang nyata pernah hidup dan berkembang di Mediterania.

Seperti diungkap Plato dalam "Timaeus" dan "Critias" , Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules".

Pulau berperadaban maju itu memiliki angkatan laut yang menaklukan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon, atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerang Yunani, Atlantis tenggelam ke dalam samudra. "Hanya dalam waktu satu hari satu malam".

Sejumlah spekulasi pun bermunculan. Ada yang menyebut ia tenggelam di Kepulauan Mediterania, Gurun Sahara, Amerika Tengah, Antartika, Spanyol, bahkan Indonesia.


Sumber :
viva.co.id
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 01.33

Cara Membedakan Cahaya Bintang dan Planet di Malam Hari

Salah satu obyek paling menarik di langit malam bagi astronom amatir adalah planet-planet besar di tata surya. Paling tidak, ada empat planet utama yang bisa diamati dengan jelas, yakni Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.

Namun, untuk mengamati planet-planet tersebut, seorang pengamat harus bisa membedakan penampakan planet dan bintang di langit malam. Bagi mata orang awam, seluruh obyek tampak sama, berupa titik cahaya yang bertebaran di langit dan secara umum disamakan sebagai "bintang".



Padahal, ada perbedaan mendasar antara planet dan bintang. Salah satunya, bintang memancarkan cahaya sendiri (Matahari adalah sebuah bintang), sedangkan planet terlihat bercahaya karena memantulkan cahaya Matahari (seperti Bulan).

Ada beberapa cara membedakan planet dan bintang di langit malam dengan mata telanjang tanpa bantuan alat. Setelah mata telanjang bisa mengenali mana planet dan mana bintang, baru orang dapat meneropong planet yang ingin diamati. Beberapa caranya adalah:


1. Cahaya planet tampak lebih terang dan ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bintang.

Hal ini karena letak mereka lebih dekat dibandingkan dengan jarak bintang. Salah satu contoh planet yang paling mudah dikenali adalah Venus. Biasanya tampak sesaat setelah Matahari tenggelam dan menjelang Matahari terbit. planet Venus sering disebut "Bintang Fajar" atau "Bintang Kejora" karena cahayanya sangat cemerlang. Adapun planet Mars dapat dikenali dari cahayanya yang berwarna kemerahan.


2. Cahaya bintang tampak berkelap-kelip, sedangkan cahaya planet cenderung tidak berkelap-kelip.

Letak bintang sangat jauh dari Bumi sehingga cahaya yang tiba di permukaan Bumi sudah sangat lemah dan mudah terganggu turbulensi udara di atmosfer. Turbulensi udara ini bisa membiaskan atau membelokkan cahaya sehingga cahaya bintang tampak berkelap-kelip.

Sedang cahaya dari planet cenderung lebih stabil karena planet lebih dekat sehingga cahaya yang sampai di permukaan Bumi "lebih banyak". Gangguan turbulensi udara di atmosfer juga tak terlalu berpengaruh.


3. Planet terlihat bergerak terhadap latar belakang bintang-bintang yang lain. 

Apabila pengamatan dilakukan beberapa hari berturut-turut, akan terlihat posisi planet akan berpindah dari hari ke hari (waktu terbit atau tenggelam akan berbeda dari hari ke hari).

Hal ini disebabkan gerakan Bumi mengelilingi Matahari sehingga posisi planet-planet itu akan terlihat bergeser pada hari yang berbeda. Karakter ini juga dapat dijadikan patokan untuk membedakan planet dan bintang.

Sumber :
astronomi.us
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 09.34

Berapa Lama Untuk Mencapai Mars dari Bumi?

Planet Mars merupakan salah satu objek langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang di malam hari yang cerah. Setiap dua tahun sekali, Mars dan Bumi saling mendekati satu sama lain. Hal itu disebut dengan Opposition, yaitu saat Mars berada lebih dekat 55 juta km dari Bumi.
Waktu yang diperlukan bagi sebuah wahana untuk menempuh perjalanan dari Bumi ke Mars berkisar antara 150-300 hari tergantung pada kecepatan peluncuran, penyelarasan Bumi dan Mars, dan panjang jarak dari perjalanan tersebut untuk mencapai target.
Pesawat atau wahana pertama buatan manusia yang pergi ke Mars yaitu Marine 4 yang diluncurkan pada 28 November 1964 dan sampai di Mars pada 14 Juli 1965. Marine 4 berhasil mengambil 21 foto. Total waktu penerbangan adalah 228 hari

Kesuksesan tersebut diikuti oleh Marine 6 yang diluncurkan pada 25 Februari 1969 dan sampai di Mas tanggal 31 Juli 1969. Waktu penerbangan hanya 156 hari. Marine 7 juga berhasil sampai di Mars dengan waktu tempuh hanya 131 hari.

Marine 9 sebagai satelit pertama yang berhasil masuk ke orbit Mars diluncurkan pada 30 Mei 1971 dan sampai pada 13 November 1971 dengan waktu tempuh 167 hari.

Dari situlah perkiraan lamanya waktu tempuh ke Mars antara 150-300 hari. Namun ada juga yang bisa lebih lama dari 300 hari. Berikut ini contohnya:

1. Viking 1 (1976) = 335 hari
2. Viking 2 (1976) = 360 hari
3. Mars Reconnaissance Orbiter (2006) = 210 hari
4. Phoenix Lander (2008) = 295 hari
5. Curiosity Lander (2012) = 253 hari
Dikutip dari universetoday.com, dengan kecepatan roket 20 ribu km per jam maka lamanya waktu tempuh seharusnya bisa 115 hari. Tapi kenapa bisa sampai 1 tahun? Hal ini disebabkan tidak bisa menempuh garis lurus untuk menuju ke sana.
Bumi dan Mars yang mengorbit matahari selalu bergerak dan berpindah posisi. Sehingga wahana atau roket tersebut perlu mengikuti ke mana posisi planet tujuannya.

Kendala lainnya adalah bahan bakar. Dibutuhkan jumlah bahan bakar yang sangat banyak dan itu cukup menyulitkan. Karena itulah ilmuwan NASA menggunakan sebuah metode yang disebut dengan Hohmann Transfer Orbit atau Minimum Energy Transfer Orbit. Hal itu bertujuan untuk mengirim pesawat luar angkasa dari Bumi ke Mars dengan kebutuhan bahan bakar seminim mungkin. 
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Walter Hohmann pada tahun 1925. Wahana yang diluncurkan akan mengrobit dengan lintasan yang lebih panjang dari pada lintasan Bumi mengelilingi Matahari untuk kemudian akan bertemu dengan orbit Mars di saat yang bersamaan. Hal itu tentunya bisa lebih cepat dan lebih hemat.

Saat ini para insinyur NASA juga tengah mengembangkan mesin roket yang lebih canggih untuk kegiatan eksplorasi planet yang lebih jauh lagi.
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 00.56

Sinyal Misterius dari Kembaran Bumi

Para ilmuwan baru-baru ini menemukan planet 'kembaran Bumi' yang berada di luar tata surya. Namanya, Planet Gliese 581g.  Nama lain yang kendengarannya lebih indah adalah 'Dunia Zarmina'. Penemuan itu merupakan hasil pengamatan selama 11 tahun oleh para ilmuwan dari berbagai negara.

Para ilmuwan itu tidak cuma menemukan Dunia Zarmina, tapi juga menemukan adanya sinyal misterius yang dipancarkan dari planet yang kemudian disebutkan sebagai planet kembaran bumi itu.

Adalah Dr Ragbir Bhathal, ilmuwan dari University of Western Sydney yang melihat sinyal aneh itu pada Desember 2008 -- jauh sebelum diumumkan bahwa ada planet yang bisa dihuni mahluk hidup di orbit bintang cebol, Gliese 581.

Bhathal yang adalah anggota organisasi SETI (search for extraterrestrial intelligence) -- organisasi yang bertujuan membuka kontak dengan kehidupan lain di luar Bumi -- sedang mengamati langit ketika ia menemukan sinyal 'mencurigakan' dari area galaksi di mana Gliese 581g bermukim.

Penemuan ini menguatkan  dugaan bahwa  Gliese 581g adalah planet paling mirip Bumi yang pernah ditemukan. Adakah kehidupan di sana?

Penemuan Bhathal hanya sebulan sebelum para astronom mengumumkan penemuan planet Gliese 581e yang kurang bisa dihuni (habitable) dibandingkan Gliese581g -- meski keduanya terletak di sekitar bintang yang sama yang jauhnya, sekitar 20 tahun cahaya.

"Kami menemukan sinyal yang tajam, seperti laser yang selama ini kita cari-cari. Itulah yang kami temukan, dan kami sangat bersemangat," kata Bhathal seperti dimuat situs Daily Mail, 1 Oktober 2010.

Berbulan-bulan setelah penemuannya, Bhathal yang punya reputasi sebagai 'pemburu alien dari Australia' menyapu langit untuk mencari sinyal kedua -- untuk mencari tahu apakah fenomena itu adalah nyata atau justru kesalahan instrumen. Sayang, pencariannya tak menghasilkan apapun.

Namun, penemuan planet mirip Bumi di sekitar Gliese 581 - baik 581e dan 581d, membuat imajinasi publik makin liar.

Pembuat film dokumenter, RDF dan situs jejaring sosial, Bebo menggunakan teleskop radio di Ukraina untuk mengirim sinar informasi terfokus -- berisi 500 pesan dari masyarakat dalam bentuk gelombang radio yang dirahkan ke Gliese 581.

Sementara, menteri keilmuwan Australia  saat itu mengorganisasi 20.000 pengguna Twitter untuk mengirim pesan ke bintang tetangga jauh Bumi di luar tata surya itu.

Dugaan bahwa benar ada kehidupan di seputar Gliese 581 saat ini dikuatkan oleh pendapat Dr Steven Vogt dari University of California, Santa Cruz. Ia mengaku 100 persen yakin ada kehidupan di planet itu.

Planet Gliese 581g berada di gugus bintang 'Zona Goldilocks' -- sebuah wilayah di angkasa yang kondisinya tak terlalu panas, juga tak terlali dingin bagi cairan yang membentuk laut, danau, maupun sungai.

Planet tersebut juga nampaknya memiliki selubung atmosfer, gravitasi seperti Bumi. Para ilmuwan berpendapat, jika benar, temuan ini adalah pendukung fakta bahwa alam semesta dipenuhi planet yang mirip dengan dunia manusia.

"Jumlah sistem yang diduga memiliki planet yang bisa dihuni mahluk hidup, mungkin sekitar 10 sampai 20 persen. Jika dikalikan dengan ratusan miliar bintang di Bima Sakti, ini jumlah yang besar."

Mungkin saja ada puluhan miliar sistem seperti ini di galaksi kita.

"Secara pribadi, mengingat kecenderungan kehidupan berkembang di mana pun, saya bisa mengatakan bahwa peluang bagi kehidupan di planet ini adalah 100 persen. Aku hampir tidak meragukannya," kata Vogt.

• VIVAnews
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 13.50

Usia Bumi Diperkirakan Lebih Muda 70 Juta Tahun

Usia Bumi Diperkirakan Lebih Muda 70 Juta TahunSEJUMLAH peneliti geologi telah menemukan cara baru dalam menentukan usia bumi yang jauh lebih akurat. Dalam kajian dengan cara baru ini diperkirakan usia bumi sekarang 70 juta tahun lebih muda dari perkiraan sebelumnya yang menyebutkan bahwa usia bumi adalah 4,5 miliar tahun lebih.

Menurut mereka, untuk menentukan usia bumi mereka membandingkan sejumlah elemen yang terdapat dalam lapisan bumi dengan meteorit yang diperkirakan usianya sama dengan sistem tata surya.

Temuan para peneliti ini telah dilaporkan dalam jurnal Nature Geosciences.

Hasil penting dari kesimpulan penelitian yakni proses pembentukan bumi dari unsur-unsurnya ternyata membutuhkan waktu lebih lama dari yang telah diduga sebelumnya.

Jika benar maka ini berarti proses pembentukan bumi membutuhkan waktu hingga 100 juta tahun

Para ilmuwan mengkaji skala waktu ini dengan melihat pada seberapa lama Bumi tumbuh atau berkembang sebagai sebuah embrio planet dan kemudian melihat munculnya tabrakan dengan bagian lain untuk membentuk planet bumi seperti yang terjadi sekarang.

"Proses tabrakan yang terjadi menyebabkan bagian dari planet ini meleleh dan menyebabkan unsur logam terpisah ke dalam pusat bumi dan kemudian membentuk inti bumi pada planet bumi saat ini, " kata Dr John Rudge, dari Universitas Cambridge yang mengepalai proses penelitian ini.

Proses pembentukan planet yang panjang kemudian menjadikan bumi seperti sekarang dengan ukuran dan bentuk geologisnya saat ini.

Untuk mengkaji bagaimana proses pembentukan ini para peneliti melihat pada dua isotop- elemen kimia di dalam lapisan bumi yang disebut 182-hafnium dan 182-tungsten.

Setelah melalui serangkaian periode yang berlangsung beberapa juta tahun , hafnium kemudian mengalami perubahan menjadi tungsten.

Kemudian tungsten bercampur dengan logam dan kemudian ketika inti bumi mengalami proses pembentukan kesemua unsur itu menjadi satu.

Proses ini kemudian meninggalkan tanda pada lapisan bumi dan kemudian dijadikan cara untuk mengetahui berapa usia bumi.

"Jika benar maka ini berarti proses pembentukan bumi membutuhkan waktu hingga 100 juta tahun," kata Dr John Rudge.

"Kita memperkirakan hal itu yang membuat kisaran usia bumi saat ini adalah 4,467 miliar tahun yang berarti lebih muda jika dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang menyebutkan usia bumi adalah 4,537 miliar tahun," katanya

(tribun)
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 12.49

Ditemukan, Planet Mirip Bumi yang Layak Huni

Hasil pengamatan observatorium MW Keck di Hawaii, Amerika Serikat, selama 11 tahun membuahkan hasil. Para ilmuwan menemukan sebuah planet yang paling mirip dengan Bumi. Planet itulah kemungkinan bisa dihuni manusia.

Seperti dilansir Telegraph.co.uk, 29 September 2010, sebuah tim 'pemburu planet' menamai planet yang paling mirip dengan Bumi itu dengan nama Gliese 581g.

Planet yang ukurannya hampir sama dengan Bumi itu mengorbit dan berada di tengah 'zona huni perbintangan'. Peneliti juga menemukan zat cair dapat eksis di permukaan planet itu.

Ini akan menjadi planet paling mirip Bumi yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Ini juga merupakan planet pertama yang paling berpotensi dihuni manusia.

"Temuan kami ini sangat menarik dan menawarkan kemungkinan bahwa planet ini berpotensi untuk dihuni," kata Profesor Steven Vogt di University of California.

Sebelumnya, Badan Antariksa AS (NASA) juga menemukan planet mirip bumi, Kepler 9.

Gliese 581g ditemukan berdasarkan observasi yang dilakukan menggunakan teknik tercanggih yang dikombinasikan dengan teleskop 'kuno'.

Yang paling menarik dari dua planet Gliese 581g adalah, dia memiliki massa tiga sampai empat kali dari Bumi dan periode orbit hanya di bawah 37 hari. Volume massa itu menunjukkan bahwa planet itu kemungkinan merupakan planet berbatu dengan permukaan tertentu. Itu juga menunjukkan bahwa planet itu memiliki gravitasi yang cukup.

Gliese 581g terletak dengan jarak 20 tahun cahaya dari Bumi, tepatnya berada di konstelasi Libra. Posisi planet ini, satu sisi selalu menghadap bintang dan memiliki suhu panas yang memungkinkan manusia untuk berjemur secara terus-menerus di siang hari. Di bagian samping yang menghadap jauh dari bintang, berada dalam kegelapan yang terus-menerus.

Para peneliti memperkirakan rata-rata suhu permukaan planet ini antara -24 dan 10 derajat Fahrenheit atau -31 sampai -12 derajat Celsius. Suhunya akan sangat terik saat posisinya menghadap bintang dan bisa terjadi pembekuan saat sedang gelap.

Menurut Profesor Vogt, gravitasi di permukaan planet itu hampir sama atau sedikit lebih tinggi dari Bumi, sehingga orang dapat dengan mudah berjalan tegak di planet ini.

"Faktanya, kami mampu mendeteksi planet ini begitu cepat dan sangat dekat. Ini memiliki arti bahwa planet seperti ini benar-benar berciri umum, seperti Bumi," jelasnya.

Prof Vogt dan Paul Butler, dari Carnegie Institution di Washington, mengatakan temuan-temuan baru tim itu dilaporkan dalam sebuah makalah yang akan diterbitkan dalam Jurnal Astrophysical. (kd)



• VIVAnews
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 18.07

Permukaan Bumi Semakin Bergerak ke Utara

Saat Anda membaca artikel ini, permukaan bumi di bawah Anda bergerak secara perlahan-lahan menuju ke kutub utara. Menurut sejumlah ilmuwan, pergeseran ini lebih besar dibandingkan dengan yang mereka perkirakan. Akan tetapi, di luar efek minor pada satelit, tidak ada efek signifikan yang akan terasa.

Peneliti menemukan, pergeseran massa air di seluruh dunia, dikombinasikan dengan apa yang disebut dengan post-glacial rebound, telah menggeser permukaan bumi dari pusatnya sebanyak 0,035 inci atau 0,88 milimeter per tahun ke arah kutub utara.

Post-glacial rebound merupakan efek balik dari permukaan padat bumi terhadap berkurangnya gletser dan hilangnya beban berat. Dengan berkurangnya gletser pada akhir jaman es, tanah di bawah es mulai naik dan terus naik. Untuk itu, seperti sudah diperkirakan, lapisan padat di permukaan akan bergerak ke utara sebagai efek dari pusat massa planet.

Saat menghitung perubahan ini, para ilmuwan mengombinasikan data gravitasi dari NASA dan satelit German Aerospace Center Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) yang mengukur pergerakan permukaan bumi lewat GPS dan model yang dikembangkan oleh Jet Propulsion Laboratory (JPL) milik NASA yang memperkirakan massa samudra di atas setiap titik di dasar samudera.

Xiaoping Wu, peneliti JPL di Pasadena, California memperkirakan, penyebab utama pergeseran permukaan bumi adalah karena melelehnya lapisan es Laurentide, yang menyelimuti sebagian besar Kanada dan bagian utara Amerika Serikat di jaman es lalu.

“Temuan baru ini ternyata jauh lebih besar dibandingkan perkiraan terdahulu yang hanya 0,019 inci atau 0,48 milimeter per tahun,” kata Wu, seperti dikutip dari Livescience, 28 September 2010.

Meski demikian, Wu menyebutkan, pergerakan permukaan ke arah atas tidak akan mempengaruhi kehidupan di bumi. “Pergeseran itu kurang dari satu milimeter per tahun, jadi tidak berpengaruh,” kata Wu. “Beda halnya jika pergeseran mencapai 1 sentimeter. Itu akan menghadirkan perubahan yang signifikan,” ucapnya.

Walaupun pergerakan lempeng tidak mempengaruhi kehidupan manusia sehari-hari, pergeseran ini akan berpengaruh pada pelacakan satelit dan pesawat luar angkasa. “Seatelit di orbit di mencatat informasi dari luar angkasa dan berkorespondensi dengan instrumen yang ada di permukaan bumi,” kata Wu. “Pergerakan ini akan berpengaruh pada bagaimana kita melacak pesawat atau satelit tersebut,” ucapnya.

Laporan terbaru seputar pergeseran permukaan bumi tersebut dibuat oleh para peneliti dari JPL, Delft University of Technology di Belanda, serta Netherlands Institute for Space Research. Hasilnya dipublikasikan pada jurnal Nature Geoscience edisi bulan ini.

• VIVAnews
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 20.17

Apa Sih ISS Itu ?

Apa itu ISS?ISS merupakan stasiun ruang angkasa internasional yakni sebuah fasilitas riset internasional yang diluncurkan di orbit Bumi. Pembangunan ISS dimulai pada 1998 dan menurut rencana akan benar-benar selesai akhir tahun 2011.

ISS dijadwalkan bisa beroperasi hingga 2015 atau 2020. Sejauh ini, ISS adalah wahana angkasa luar terbesar yang mengorbit Bumi.

Di dalam stasiun ini tersedia laboratorium dengan kondisi mikro gravitasi untuk melakukan penelitian biologi, kimia, fisika, astronomi dan meteorologi.

Sejak ekspedisi ISS resmi diluncurkan 31 Oktober 2000, secara total wahana ini sudah mengudara selama 9 tahun dan 274 hari.

Rekor sebelumnya dipegang wahana milik Rusia, Mir yang mengangkasa selama 10 tahun kurang delapan hari. ISS menurut jadwal akan menyamai rekor Mir pada 23 Oktober 2010.

Saat ini, ISS mengorbit di ketinggian antara 278 km hingga 460 km dan bergerak dengan kecepatan rata-rata 27.743,8 km/jam dan mengitari Bumi 15,7 kali sehari. Hingga saat ini ISS sudah dikunjungi para astronot dan kosmonot dari 15 negara di seluruh dunia.

ISS merupakan operasi gabungan lima badan angkasa luar yaitu NASA, Badan Angkasa Luar Eropa (ESA), Badan Angkasa Luar Federasi Rusia (RKA), Badan Ekplorasi Angkasa Luar Jepang (JAXA) dan Badan Angkasa Luar Kanada (CSA).

Biaya operasional ISS diperkirakan antara US$ 35 juta hingga US$ 160 juta selama 30 tahun. Dan ISS sejauh ini masih dianggap sebagai wahana angkasa termahal yang pernah dibangun manusia.
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 00.29

Tiga astronot Tidak Bisa Pulang ke Bumi

Waduh... Tiga astronot Tidak Bisa Pulang ke BumiTiga Astronot AS dan Tiga Kosmonot Rusia, tertahan di Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) karena alasan teknis sehingga tidak bisa pulang ke Bumi. Badan ruang angkasa Rusia mengatakan gangguan teknis ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Terjadi kerusakan listrik di stasiun tersebut yang menyebabkan kapsul Soyuz tidak bisa melepaskan diri dari badan stasiun. Kondisi ini menyebabkan tiga astronot tersebut tidak bisa kembali ke Bumi.

Sedianya mereka akan kembali ke Bumi Jumat (24/9/2010) pagi. Tiga astronot itu berasal dari AS dan juga tiga Kosmonot dari Rusia. Mereka telah berada di ruang angkasa selama hampir enam bulan.

Badan ruang angkasa Amerika Serikat (NASA) mengatakan, awak stasiun telah menemukan peralatan yang rusak. Dan kini sedang diselidiki apakah peralatan itulah yang menyebabkan Soyuz tidak bisa dilepas.

Wartawan BBC di Moskow Richard Galpin mengatakan NASA akan mencermati insiden ini karena mulai tahun depan mereka tidak akan lagi memakai pesawat ulang alik.

Satu-satunya wahana untuk mencapai Stasiun Ruang Angkasa Internasional adalah Soyuz milik Rusia.

(tribun)
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 00.02

Lintasan Misterius di Klaten dan Yogyakarta

Lintasan-Misterius-di-Klaten.jpg

Sebuah lintasan berwarna biru terlihat membelah di atas langit Klaten dan Yogyakarta belum lama ini.

Entah apa gerangan yang melintas hingga alur lintasannya begitu besar seperti hendak membelah angkasa.

Semua orang hanya diam mematung menyaksikan fenomena itu. Sampai sekarang belum ada jawaban ilmiah yang bisa menerangkan tentang apa dan dari mana lintasan itu berasal.
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 23.08

Yupiter Telan Planet 10 Kali Bumi

Yupiter menjadi planet terbesar di tata surya karena menelan planet yang lebih kecil. Studi mengungkapkan planet raksasa itu memiliki inti yang sangat kecil.

Meskipun Yupiter 120 kali lebih besar daripada bumi, pengukuran dari pesawat antariksa mengungkapkan inti planet itu paling besar sepuluh kali dari planet kita.

Yupiter mungkin telah mendapatkan posisi dominan setelah menabrak sebuah planet yang lebih kecil

Ilmuwan mengklaim inti Yupiter mungkin telah menguap dalam sebuah tabrakan besar dengan sebuah planet sepuluh kali ukuran bumi, menurut studi di New Scientist.

Studi ini memberikan wawasan baru yang menarik menyangkut kondisi kerasnya kondisi di awal tata surya kita.

Peneliti dari Universitas Peking di China meniru apa yang mungkin terjadi dari tumbukan itu. Simulasi mereka menunjukkan bahwa planet yang masuk jadi rata saat membentur atmosfer Yupiter.

Setengah jam kemudian planet itu jatuh ke dalam inti Yupiter.

Unsur-unsur berat di dalam inti seperti logam akan menguap dan kemudian bercampur dengan hidrogen dan helium di atmosfer. Para ilmuwan yakin bahwa ini mungkin menjelaskan mengapa inti Yupiter sangat kecil tapi sangat padat.

Douglas Lin dari University of California mengatakan bahwa jika planet yang lebih kecil itu tidak menabrak Yupiter maka akan terus tumbuh menjadi sebuah planet raksasa.

Dia mengatakan kepada New Scientist: "Mungkin sedang menjadi gas raksasa, tetapi kalah dan harus ditelan."

Timnya mengatakan bahwa elemen berat di atmosfer Saturnus juga bisa disebabkan oleh dampak serupa dari planet yang lebih kecil.

Planet-planet di tata surya tercipta oleh tabrakan antara planet-planet kerdil yang mengorbit matahari yang baru lahir.

Dalam tabrakan itu planet kecil meluruh bersama-sama dan membentuk planet-planet yang lebih besar.

Bumi dan bulan merupakan hasil dari tabrakan antara dua planet raksasa ukuran Mars dan Venus.

Tabrakan terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam dan suhu bumi sangat tinggi (7000 derajat C) hingga batu dan logam mencair.[inilah]
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 14.50

Spektakuler Tumbukan Dua Galaksi

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merilis foto  dan video spektakuler tumbukan dua galaksi.

Disebut sistem Galaksi Antennae  karena bentuknya seperti antrena. Ia terletak di 62 juta tahun cahaya dari Bumi -- disajikan dalam  gambar komposit dari Observatorium Chandra X-ray (warna Biru), teleskop Hubble (warna emas), dan teleskop Spitzer (warna merah).

Tumbukan yang terjadi sejak  lebih dari 100 juta tahun lalu ini memicu pembentukan  jutaan bintang di awan -- yang terbentuk dari debu dan gas -- di galaksi. Yang terbesar dari bayi bintang ini telah melampaui evolusi mereka dalam beberapa juta tahun meledak sebagai supernova.

Gambar X-ray dari Chandra menunjukkan awan besar yang panas, gas interstellar -- yang telah disuntik dengan unsur yang kaya  dari ledakan supernova. Gas ini kaya dengan elemen seperti oksigen, besi, magnesium, dan silikon -- yang akan digabungkan ke dalam unsur bintang atau planet baru.

Sementara, titik-titik terang dalam gambar disebabkan materi yang jatuh ke dalam lubang hitam (black hole) dan
juga neutron dari sisa-sisa bintang besar. Beberapa lubang hitam diperkirakan memiliki massa yang hampir seratus kali Matahari.

Sedangkan data dari  Spitzer menunjukkan cahaya inframerah dari awan debu hangat yang telah dipanaskan oleh bintang-bintang yang baru lahir -- dengan awan yang melayang berada di tengah dua galaksi.

Data Hubble menggambarkan bintang tua berwarna merah, filamen debu dalam warna cokelat, dan bintang-bintang yang baru lahir berwarna kuning dan putih. Objek redup dalam gambar optik adalah kelompok yang berisi ribuan bintang.
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 17.37

Benarkah Mars Mendekat ke Bumi 27 Agustus?

Akhir-akhir ini beredar kabar di internet bahwa Planet Mars akan mendekat ke Bumi pada 27 Agustus. Dikatakan bahwa dilihat dengan mata telanjang, planet merah itu akan terlihat sebesar bulan purnama dari Bumi.

Saat itu, Bumi seakan-akan memiliki dua bulan.

Pesan yang beredar ini bukan kali pertamanya. Pesan yang sama telah beredar pada 2004 lalu -- dalam format email -- berjudul 'Mars Spectacular' yang dikirim oleh sumber anonim. Namun, tak disebutkan di tahun berapa, momentum 27 Agustus itu akan terjadi.

Berita ini menyebar dengan cepat melalui dunia maya. Isi email itu, pada 27 Agustus Mars akan mendekat ke Bumi, hanya dalam jarak 34,65 mil (55 juta kilometer), peristiwa langka yang terjadi dalam 60.000 tahun terakhir.

Selain penampakan Mars sebesar penampilan Bulan, mendekatnya planet itu ke Bumi akan menimbulkan masalah gravitasi pada Bumi, membuat masalah pasang surut yang mengganggu.

Untungnya kabar mendekatnya Mars ke Bumi adalah berita bohong.  Menurut juru bicara  Planetarium Scienceworks, Rohan Astley, email yang sama terus beredar setiap tahun, mendekati Bulan Agustus.

Ditambahkan dia, memang Mars pernah mendekat ke Bumi, tapi bukan tahun ini.

"Mars memang pernah mendekat ke Bumi pada Agustus 2003, namun penampakan planet merah itu hanya jelas terlihat melalui teleskop, tidak dengan mata telanjang," demikian dimuat laman News.com.au, Senin 9 Agustus 2010.

Seperti dimuat laman Space, 27 Agustus yang dimaksud oleh email itu, adalah 27 Agustus 2003, saat Mars mendekat ke Bumi dalam jarak 55,7 juta kilometer.

Teleskop Hubble saat itu mengabadikan gampar spektakuler dari Mars. Namun saat itu, dengan mata telanjang, Mars hanya terlihat tak lebih dari bintang oranye terang, sama sekali tak terlihat seperti bulan purnama.

Tahun 2010 ini, Mars akan terlihat kecil, tak semencolok penampakannya pada 2003. (VIANEWS)
Written by: Paling Seru
Paling Seru, Updated at: 18.36
Diberdayakan oleh Blogger.